NABI Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah Allah menutup aib
seorang hamba di dunia melainkan nanti di hari kiamat Allah juga akan
menutup aibnya.” (HR. Muslim)
Tiada manusia yang sempurna dalam segala hal kecuali Rasulullah s.a.w.
Biar pun indah pada rupa, tapi gaya bicaranya sangat lemah. Elok dalam
penguasaan ilmu, tapi tidak mampu menguasai emosi dan mudah tersinggung,
kuat di satu sisi, tapi lemah di sudut yang lain.
Sebahagian dari kita, ada yang boleh menahan diri untuk tidak
membicarakan aib orang lain, tapi ada juga sebahagian dari kita yang
sulit menahan diri untuk tidak menggambarkan keburukan seseorang kepada
orang lain. Bagi sebahagian orang, hal ini terasa sulit, kerana lidah
kerap kali jadi nakal. Selalu saja terjentik untuk menyampaikan isu-isu
baru yang menarik. Walau sebenarnya dia mengetahui, bahawa sesuatu yang
menarik buat orang lain kadang buruk buat bahan yang dibicarakan. Di
situlah ujian seorang mukmin untuk mampu memilih dan menilai, mana yang
perlu dikhabarkan dan mana yang tidak. Perhatikan sabda Rasulullah SAW
sebagai berikut, "Tidak akan masuk syurga orang yang suka mendengar
berita rahsia orang lain." (Al-Bukhari).
Sebaiknya, sebelum kita memberi reaksi terhadap aib orang lain, lihatlah
dengan jujur seperti apa diri kita lebih baik atau lebih buruk? Apabila
ternyata kita lebih baik, maka bersyukurlah, namun jika ternyata kita
lebih buruk, maka segera bertaubat. Inilah yang dimaksud dengan, "bahawa
seorang mukmin, adalah cermin bagi mukmin lainnya. Dan bila kita
menemukan bahawa diri kita masih lebih baik dari saudara mukmin yang
lain, maka jangan hendaknya menjadikan kita sombong dan sesuka hati
menyebarkan aib orang lain."
Perbuatan seperti ini selainnya tidak baik menurut perasaan dan akal
sihat kita, ternyata syariat yang mulia pun mengharamkannya bahkan
menekankan untuk melakukan yang sebaliknya iaitu menutup dan merahsiakan
aib orang lain.
Ketahuilah wahai saudaraku, siapa yang suka menceritakan kekurangan dan
kesalahan orang lain, maka dirinya pun tidak aman untuk diceritakan oleh
orang lain. Seorang ulama salaf berkata, “Aku mendapati orang-orang
yang tidak memiliki cacat cela, lalu mereka membicarakan aib manusia
maka manusia pun menceritakan aib-aib mereka. Aku dapati pula
orang-orang yang memiliki aib namun mereka menahan diri dari
membicarakan aib manusia yang lain, maka manusia pun melupakan aib
mereka.”
Seorang mukmin dengan mukmin lainnya adalah bersaudara. Perhatikan firman Alllah SWT berikut ini,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap
Allah, supaya kamu mendapat rahmat." (QS. Al Hujuraat 49 : 10)
Ketahuilah, orang yang gemar membicarakan aib orang lain, sebenarnya
tanpa ia sedari, ia sedang memperlihatkan jati dirinya yang asli, iaitu,
tidak boleh memegang rahsia, lemah kesetiakawanannya, penggosip,
penyebar berita bohong (kerana belum tentu yang diceritakannya benar).
Ketahuilah, semakin banyak aib yang ia bicarakan dan disebarkan, maka
semakin jelas keburukan diri si penyebar.
Lihatlah pula firman Allah SWT berikut ini,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ
بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ
بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا
فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebahagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu
menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurat 49 :12).
Perhatikan hadith berikut ini: "Barangsiapa yang membela kehormatan
saudaranya sesama muslim, maka Allah SWT akan membelanya dari neraka
kelak di hari Kiamat." (HR. Tirmidzi 1932, Ahmad 6/450)
Perhatikan juga sabda Rasulullah s.a.w. berikut ini: "Tahukah kalian apa
itu ghibah? Jawab para sahabat : Allah dan Rasul-Nya yang lebih
mengetahui. Maka kata Nabi s.a.w.: Engkau membicarakan saudaramu tentang
apa yang tidak disukainya. Kata para sahabat: Bagaimana jika pada diri
saudara kami itu benar ada hal yang dibicarakan itu? Jawab Nabi s.a.w.:
Jika apa yang kamu bicarakan benar-benar ada padanya maka kamu telah
mengghibah nya, dan jika apa yang kamu bicarakan tidak ada padanya maka
kamu telah membuat kedustaan atasnya." (HR Muslim/2589, Abu Daud 4874,
Tirmidzi 1935)
Jadi bila masih ada dari kita yang kadang masih suka membicarakan dan
atau mengungkapkan aib orang lain (sekalipun aib itu benar) maka
sedarlah segera, kerana ghibah merupakan dosa besar yang hanya akan
diampuni, setelah orang yang kita ghibah memaafkan kita. Dan biasanya,
kebanyakan dari kita, sangat malu untuk meminta maaf dan mengakui
kesalahan kita, pada orang yang telah kita bicarakan aibnya.
Jika engkau merasa keras hatimu dan lemah badanmu dan berkurang
rezekimu, maka ketahuilah bahawa engkau telah membicarakan yang bukan
kepentinganmu.
(dipetik dari http://insaaniyyah.blogspot.com)
~ astarghfirullah..moga iman dpt memimpin lidah..
~~Tanpa ilmu dan amal aku bukanlah insan sempurna,aku hanyalah seorang yang berdosa... Aku amat mencintai orang² yang soleh, meskipun aku BUKAN sebahagian dari mereka.... Aku sangat benci orang² yang bermaksiat, meskipun tanpa sedar, aku SEBAHAGIAN dari mereka..... Memang aku tak layak berbicara tentang ilmu AGAMA , tapi aku mahu bersama dengan orang² yang tinggi ilmu AGAMA nya~~!.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment